Presiden Iran Ebrahim Raisi mengecam keras serangan Israel ke kantor Konsuler Iran di Damaskus, Suriah, yang menewaskan tiga Jenderal Iran. Ia menyebut serangan tersebut sebagai “pembunuhan membabi-buta” dan “kejahatan pengecut”.
“Kejahatan pengecut ini tidak akan dibiarkan begitu saja,” tegas Raisi.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian juga mengutuk serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “agresi yang telah melanggar semua norma diplomatik dan perjanjian internasional”.
“Benjamin Netanyahu benar-benar kehilangan keseimbangan mental karena kegagalan berturut-turut di Gaza dan kegagalannya mencapai tujuan Zionisnya,” kata Abdollahian.
Serangan Israel tersebut menewaskan 11 orang, termasuk beberapa diplomat Iran dan tiga pejabat militer Iran: Brigjen Mohammad Reza Zahedi, Jenderal Haji Rahimi, dan Brigjen Hossein Amirollah.
Serangan tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan milisi Lebanon yang didukung Iran, Hizbullah.
Israel sendiri menolak berkomentar soal serangan tersebut. AS mengatakan pihaknya mengetahui laporan serangan terhadap misi diplomatik Iran tapi tidak memberikan komentar.
PBB mengatakan mereka sangat prihatin dengan laporan tersebut dan akan memberikan komentar lengkapnya nanti.
Dewan Keamanan PBB akan membahas serangan tersebut pada Selasa malam waktu AS atas permintaan sekutu Suriah, Rusia.
Iran memperingatkan bahwa serangan itu berpotensi memicu lebih banyak konflik yang melibatkan negara-negara lain dan meminta Dewan Keamanan PBB untuk “mengutuk tindakan kriminal yang tidak dapat dibenarkan ini”.
Analisis
Penasihat senior di International Crisis Group Ali Vaez mengatakan Israel telah melakukan banyak serangan di Suriah, terutama untuk menghentikan transfer senjata.
“Penargetan langsung terhadap personel IRGC memang terjadi, namun ini lebih merupakan pengecualian daripada aturan. Serangan hari ini sangat penting bagi korban tewas dan lokasinya,” kata Vaez.