WartaJuara.com — Lee Jae-Myung resmi mengemban jabatan sebagai Presiden Republik Korea (Korea Selatan) setelah menjalani prosesi pelantikan kenegaraan di depan Majelis Nasional di Seoul. Politikus Partai Demokrat ini menjadi Presiden ke-14 Korea Selatan, menggantikan Yoon Suk-yeol, di tengah berbagai tantangan ekonomi, politik domestik, dan dinamika geopolitik regional yang semakin kompleks.
Dalam pidato pelantikannya yang disiarkan secara nasional, Lee menyampaikan komitmen untuk mengusung pemerintahan yang lebih inklusif, adil, dan berpihak pada rakyat kecil. Ia menekankan pentingnya reformasi ekonomi yang mendalam, terutama dalam hal ketimpangan pendapatan, biaya hidup yang tinggi, dan krisis perumahan yang selama ini membayangi generasi muda Korea.
“Rakyat tidak hanya membutuhkan stabilitas ekonomi, tetapi juga harapan. Pemerintah saya akan menjadi pelayan masyarakat, bukan penguasa,” tegas Lee di hadapan ribuan hadirin, termasuk pejabat tinggi negara, perwakilan diplomatik asing, dan tokoh masyarakat.
Presiden Lee juga menggarisbawahi pentingnya diplomasi yang cerdas dan damai. Ia menyatakan kesiapan Korea Selatan untuk mempererat hubungan dengan negara-negara tetangga, termasuk Jepang dan Tiongkok, sambil tetap mempertahankan kerja sama erat dengan Amerika Serikat. Dalam konteks hubungan dengan Korea Utara, Lee memilih pendekatan pragmatis dan terbuka terhadap dialog, namun menegaskan bahwa denuklirisasi Semenanjung Korea tetap menjadi prioritas mutlak.
Kepemimpinan Lee diharapkan membawa arah baru setelah masa kepemimpinan yang penuh gesekan dan polarisasi politik. Ia sendiri bukan sosok baru dalam dunia politik, dengan pengalaman sebagai Gubernur Provinsi Gyeonggi dan kandidat presiden pada pemilu sebelumnya yang nyaris memenangkan kursi tertinggi.
Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, ketegangan di kawasan Indo-Pasifik, dan era digitalisasi yang pesat, pemerintahan Lee menghadapi ekspektasi besar dari rakyat Korea untuk membawa negeri Ginseng ke arah kemajuan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Lee Jae-Myung menutup pidatonya dengan kalimat penuh harapan, “Ini bukan tentang saya. Ini tentang kita. Saatnya membangun masa depan bersama—untuk rakyat, oleh rakyat.”