WartaJuara.com – Kasus stunting di Samarinda rupanya masih terbilang tinggi. Hal ini jadi perhatian serius DPRD Samarinda dan meminta pemkot menekan angka gangguan pertumbuhan anak ini. Mengingat angkanya mencapai 25 persen dari jumlah anak di Kota Tepian.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sani bin Husain mengatakan, angka rata-rata stunting nasional adalah 24,4 persen. Namun di Ibu Kota Kaltim justru lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, yakni mencapai 25 persen. “Bahkan kini angka prevelensi sudah turun menjadi 22,8 persen. Tapi di sini masih tinggi,” ujar Sani.
Ia menyebut, persoalan utama ada di lingkup sosial masyarakat itu sendiri. Seperti budaya pernikahan dini yang menurutnya menjadi masalah awal terjadinya stunting. Mulai dari ketidaksiapan orang tua mengurus anak, minim pengetahuan dan faktor fisik pasangan muda tersebut. “DItambah lagi jika kondisi ekonomi pasangan muda yang belum mapan. Sehingga memengaruhi asupan gizi pada bayi yang dikandung,” paparnya.
Politikus PKS ini menekankan, persoalan stunting ini memang menjadi tanggungjawab semua pihak. Tetapi ia juga meminta agar Pemkot Samarinda tidak lepas tangan begitu saja. Misalnya dengan meluaskan edukasi kepada masyarakat dan membuat langkah pencegahan dini terhadap stunting. “Saya juga harap stunting tidak dipandang sebelah mata, ini masalah serius. Jadi perlu perhatian pemerintah pula,” pintanya.
Kemudian ia juga berharap kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang sehat bisa bertambah. Lantaran, kondisi lingkungan juga salah faktor tingginya angka stunting. Seperti tersedianya sanitasi yang baik, penyediaan air bersih. “Karena ini masalah yang kompleks maka perlu perhatian serius. Walau upayanya berjalan pelan tapi saya harap bisa konsisten,” tandasnya. (adv/bct)