WartaJuara.com – Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) masih belum mencakup seluruh persoalan masyarakat. Cukup banyak kelompok masyarakat yang kerap terpinggirkan dan masalah yang muncul sering tanpa penyelesaian yang tuntas. Sementara sejauh ini visi-misi maupun program kerja para pasangan calon (Paslon) tidak menyetuh persoalan dasar dari masyarakat terpinggirkn ini.
Akademisi Universitas Mulawarman (Unmul), Safaranita Nur Effendi mengatakan, contoh masyarakat terpinggirkan seperti pemeluk agama minoritas, pensiunan dan lansia, interseksual dan penyandang disabilitas. Kelompok ini sangat jarang dapat menikmati ruang publik seperti masyarakat lainnya. Sehingga masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah hingga saat ini. “Harus ada ruang publik untuk kaum terpinggirkan ini, agar dapat diterima dalam pilkada. Kemudian harus ada komunitas yang menggaet mereka untuk membantu menyuarakan keinginan politiknya,” ujarnya dalam acara Ngobrol Politik (Ngopi) besutan Koalisi Masyarakat Sipil pada Jumat (11/10/2024) sore.
Ia melanjutkan, seharusnya pemerintah memiliki program yang memfasilitasi orang-orang terpinggirkan. Memang diakuinya, sejauh ini belum banyak yang memahami persoalan sosial ini dengan baik. Seperti persoalan kelompok lansia dan pensiunan kerja misalnya, apakah pemerintah memiliki progam untuk memastikan kesejahteraan mereka. “Dan apakah suara politik mereka didengarkan selama ini. Bagaimana upaya untuk memberikan kehidupan yang layak bagi merek,” tuturnya.
Dari program pemerintah yang ada terhadap kelompok terpinggirkan ini, seharusnya bisa diantisipasi dalam Pilkada. Tentunya melalui visi-misi dan program kerja yang disampaikan para paslon. Sementara, secara garis besar yang ia lihat, para paslon sejauh ini belum menyentuh secara detail terkait kondisi kelompok terpinggirkan ini. “Mereka hanya berbicara terkait peningkatan SDM saja. tetapi SDM yang seperti apa tidak ada penjabaran lebih jauh,” bebernya.
Padahal dalam pilkada kelompok terpinggirkan ini tetap menjadi pemilih sebagai lumbung suara bagi para paslon. Tetapi justru visi-misi lebih mengarah pada gambaran yang general saja. Tidak ada pembahasan spesifik dan konkrit untuk menyentuh kelompok terpinggirkan ini. Safaranita pun menilai janji kampanye para paslon tidak lebih seperti ucapan usang yang selalu diulang setiap ada pilkada saja. “Tidak ada inovasi dan tidak melihat persoalan utama warga kaltim. Belum menyentuh dan hanya mengulangi kampanye sebelumnya saja, tapi melupakan kelompok terpinggirkan,” tegasnya.
Sementara itu Koordinator Pokja30, Buyung Marajo memastikan, jika koalisi masyarakat sipil akan terus menggarap acara Ngopi ini tiap Jumat sore. Bahasannya memang dengan tema berbeda tiap pekannya, tetapi selalu berkaitan dengan isu Pilkada. Tentunya isu yang diangkat seharusnya bisa menjadi perhatian khusus bagi para paslon. “Kami berkomitmen untuk terus menggelar acara ini. Isu tiap pekannya tentu erat dengan kehidupan masyarakat Kaltim,” ucap Buyung. (bct)